Minggu, 15 Juni 2008

Friedrich von Hayek (1899-1992)


Hayek dilahirkan pada tanggal 8 Mei 1899, di Vienna, Austria putra dari Dr. August von Hayek, Professor ilmu Botani pada University of Vienna. Friedrich August von Hayek meninggal pada 23 Maret 1992. Ia menerima penghargaan The Bank of Sweden Prize in Economic Sciences in Memory of Alfred Nobel pada tahun 1974 untuk kategori ekonomi bersama-sama dengan Gunnar Myrdal Peran Friedrich August von Hayek pada akhir abad ke-20 seiring dengan runtuhnya sosialisme mungkin dapat dikatakan mirip hampir mirip dengan peran yang dimainkan oleh Adam Smith (bapak kapitalisme) pada abad ke 18, yang memberikan pencerahan dan penekanan pada kekuatan kreatif dari kebebasan dan ekonomi pasar. Ia bahkan dianggap sebagai figur kunci di abad ke 20 bagi kemunculan kembali kapitalisme liberal. Dengan sendirinya, sumbangan dan peran besar yang dimainkan oleh Hayek dalam penyebarluasan ide dan tatanan kebebasan membuat ia menjadi musuh nomor satu dari kelompok sosialis. Mulai dari karyanya yang terkenal “The Road to Serfdom” (1944), “The Constitution of Liberty” (1960) hingga “The Fatal Conceit: The Errors of Socialism” (1989), gagasan Hayek tentang kapitalisme global memberikan pengaruh yang tak sedikit kepada para pemikir dan filsuf terkenal seperti K. R. Popper dan Robert Nozick. Bukan itu saja gagasan-gagasanya pun memberikan kontribusi pengaruh yang tak sedikit terhadap para pemimpin politik di Timur maupun Barat, seperti Margaret Thatcher atau Ronald Reagan, Ludwig Erhard dan Vaclav Klaus dari Republik Czech, Leszek Balcerovicz dari Polandia, dan Mart Laar dari Estonia, serta banyak lagi yang lainnya. Oleh karenanya sekali lagi Hayek menjadi target yang terkenal dari para kelompok sosialis, proteksionist, dan belakangan para pengkritik globalisasi dan neo-liberal. Hayek memberikan kontribusi yang tak sedikit terhadap perdebatan yang menyangkut spontaneous order dan limits of knowledge. Pemikiran Hayek juga memberikan kontribusi pemahaman yang menyangkut kebijakan kompetisi dalam konteks pasar terbuka, konstitusi dan desentralisasi system politik dan kontrol terkadap kekuasaan. Kompetisi oleh Hayek dianggap sebagai prosedur terbaik bagi pencarian solusi baru dan terbaik, dan memberikan kesempatan yang terbaik bagi setiap individu dalam mengejar kebahagian hidup mereka. Sumbangan Hayek terpenting lainnya muncul pada arena politik dengan keterlibatannya dalam pendirian Mont Pelerin Society (MPS) pada 10 April tahun 1947. Dengan mengundang sekitar 36 orang yang kebanyakan merupakan ekonom, sejarahwan, filsuf, untuk hadir di Mont Pelerin, Switzerland, Hayek mengajak mereka mendiskusikan mengenai negara dan penerapan liberalisme baik sebagai sebuah pemikiran maupun didalam praktek. Hayek terkenal juga dengan julukan ultra-liberal. Muridnya yang utama adalah Milton Friedman (pencetus monetarisme yang juga terkenal sebagai pemikir neo-liberal). Kala itu adalah masa kejayaan Keynesianisme, sebuah aliran ilmu ekonomi oleh John Maynard Keynes yang lebih menekankan pada walfare state (negara kesejahteraan). Keynesian dianggap berjasa dalam memecahkan masalah Depresi besar tahun 1929-1930. Terutama setelah diadopsi oleh Presiden Roosevelt dengan program "New-Deal" maupun Marshall Plan untuk membangun kembali Eropa setelah Perang Dunia ke-II, maka Keynesian resmi menjadi mainstream ekonomi. Bahkan Bank Dunia dan IMF kala itu terkenal sebagai si kembar Keynesianis, karena mempraktekkan semua resep Keynesian. Dasar pokok dari ajaran Keynes adalah kepercayaannya pada intervensi negara ke dalam kehidupan ekonomi. Menurutnya, kebijakan ekonomi haruslah mengikis pengangguran sehingga tercipta tenaga kerja penuh (full employment) serta adanya pemerataan yang lebih besar. Dalam bukunya yang terkenal di tahun 1926 berjudul “The End of Laissez-Faire”, Keynes menyatakan ketidakpercayaannya terhadap kepentingan individual yang selalu tidak sejalan dengan kepentingan umum. Katanya, “Sama sekali tidak akurat untuk menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip ekonomi politik, bahwa kepentingan perorangan yang paling pintar sekalipun akan selalu bersesuaian dengan kepentingan umum”. Keynesianisme masih tetap menjadi dominant economy sampai tahun 1970-an. Hayek dan kawan-kawan sudah merasa gelisah dengan mekarnya paham Keynes ini. Pada masa itu pandangan semacam neo-liberal sama sekali tidak populer. Meskipun begitu mereka membangun basis di tiga universitas utama: London School of Economics (LSE), Universitas Chicago, dan Institut Universitaire de Hautes Etudes Internasionales (IUHEI) di Jenewa. Para ekonom kanan inilah yang kemudian setelah PD-II mendirikan lembaga pencetus neo-Liberal, yaitu Societe du Mont-Pelerin, Pertemuan mereka yang pertama di bulan April 1947 dihadiri oleh 36 orang dan didanai oleh bankir-bankir Swiss. Termasuk hadir adalah Karl Popper dan Maurice Allais, serta tiga penerbitan terkemuka, Fortune, Newsweek dan Reader's Digest. Lembaga ini merupakan "semacam freemansory neo-liberal, sangat terorganisir baik dan berkehendak untuk menyebarluaskan kredo kaum neo-liberal, lewat pertemuan-pertemuan internasional secara reguler". Pandangan Neo-Liberal dapat diamati dari pikiran Hayek. Bukunya yang terkenal adalah "The Road to Serfdom" (Jalan ke Perbudakan) yang menyerang keras Keynes. Buku tersebut kemudian menjadi kitab suci kaum kanan dan diterbitkan di Reader’s Digest di tahun 1945. Ada kalimat di dalam buku tersebut: "Pada masa lalu, penundukan manusia kepada kekuatan impersonal pasar, merupakan jalan bagi berkembangnya peradaban, sesuatu yang tidak mungkin terjadi tanpa itu. Dengan melalui ketertundukan itu maka kita bisa ikut serta setiap harinya dalam membangun sesuatu yang lebih besar dari apa yang belum sepenuhnya kita pahami". Neo-liberal menginginkan suatu sistem ekonomi yang sama dengan kapitalisme abad-19, di mana kebebasan individu berjalan sepenuhnya dan campur tangan sesedikit mungkin dari pemerintah dalam kehidupan ekonomi. Regulator utama dalam kehidupan ekonomi adalah mekanisme pasar, bukan pemerintah. Mekanisme pasar akan diatur oleh persepsi individu, dan pengetahuan para individu akan dapat memecahkan kompleksitas dan ketidakpastian ekonomi, sehingga mekanisme pasar dapat menjadi alat juga untuk memecahkan masalah sosial. Menurut mereka, pengetahuan para individu untuk memecahkan persoalan masyarakat tidak perlu ditransmisikan melalui lembaga-lembaga kemasyarakatan. Dalam arti ini maka Neo-liberal juga tidak percaya pada Serikat Buruh atau organisasi masyarakat lainnya

Tidak ada komentar: